Wednesday, July 25, 2018

Kiat Sukanto Tanoto Dalam Menyiasati Risiko Bisnis

Mengelola sebuah bisnis memang tidak mudah. Ada berbagai hambatan dan rintangan yang dialami oleh para pengusaha dalam mempertahankan bisnisnya agar terus berjalan. Belum lagi jika ada persaingan bisnis yang cukup ketat. Oleh karena itu, tak heran jika banyak pengusaha yang terhenti langkahnya di tengah jalan lantaran tidak bisa mengelola tekanan-tekanan yang ada. 
Sukanto Tanoto, pemilik raksasa Royal Golden Eagle Group yang merajai bisnis berbasis pengelolaan sumber daya alam di Indonesia pun mengalami tekanan yang sama. Mendirikan RGE dari nol, mulai dari skala lokal hingga menjadi korporasi global dengan aset miliaran rupiah seperti saat ini, tak terhitung berapa banyak tekanan yang menghampiri sosok pebisnis inspiratif ini. Saking banyaknya, ia menganggap bahwa tekanan-tekanan tersebut adalah keseharian yang musti dihadapi. 
Lantas, bagaimana langkah Sukanto Tanoto dalam mengelola tekanan yang menghampirinya dan mungkin saja mengacaukan bisnis yang telah dibangunnya? Beliau mencetuskan bahwa ada sesuatu yang disebut sebagai adversity quotient atau yang disingkat sebagai AQ. AQ ini adalah kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengatasi kesulitan dan bertahan hidup. Ini merupakan suatu kemampuan yang wajib dimiliki oleh para pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Kemampuan ini juga berkaitan dengan cara menghadapi masalah dengan tenang dan kepala dingin, tanpa melibatkan emosi. Dengan begitu, seorang pengusaha dapat memikirkan cara menyelesaikan suatu masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang membantu, daripada langsung menyerah begitu saja saat ditimpa masalah. 
Sukanto Tanoto membuktikan bahwa dirinya memiliki adversity quotient yang cemerlang. Pada tahun 1990an, ia menghadapi kenyataan pahit bahwa anak perusahaan RGE yang bergerak di bidang pulp & paper dengan lokasi Sumatera Utara terpaksa ditutup karena persoalan pengolahan limbah yang kurang memadai. Namun, Sukanto Tanoto tak menyerah begitu saja. Alih-alih terlarut dalam masalah penutupan satu pabrik, ia memutar otak untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam perusahaannya. Pada akhirnya, keteguhannya dalam menghadapi masalah membuatnya mampu mendirikan pabrik baru di Provinsi Riau dan membuat APRIL Grup, anak perusahaan RGE yang bergerak di bidang pulp & paper semakin berkembang dan menjadi yang utama di antara perusahaan lainnya. 
Ketika badai krisis moneter menghantam Indonesia pada tahun 1997, lagi-lagi Sukanto Tanoto mengalami tekanan yang serius. Banyak sekali perusahaan yang gulung tikar karena tidak lagi sanggup menyediakan biaya operasiona dan produksi yang menjadi berlipat-lipat karena mengacu pada dollar Amerika sementara nilai tukar rupiah sedang anjlok. Dalam tekanan seperti ini, Sukanto Tanoto tak lantas menyerah begitu saja. Ia masih memikirkan nasib para pekerja yang menggantungkan nasib mereka di perusahaan ini. Sukanto Tanoto pun langsung memutar otak. Ia memutuskan untuk menjual seluruh asetnya di Tiongkok demi menyelamatkan perusahaan miliknya di Indonesia. 
Keputusan berani yang diambil oleh Sukanto Tanoto setelah melalui proses berpikir jernih ini ternyata membawa hasil yang signifikan. Dana yang didapatkan dari penjualan aset mampu melunasi hutang-hutang yang jatuh tempo serta memulihkan dana operasional perusahaan. Alhasil, Royal Golden Eagle Group pun terbebas dari jeratan krisis. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa RGE mampu bertahan meski dihantam berbagai masalah. Semua tak lepas dari peran Sukanto Tanoto yang ahli dalam mengelola berbagai tekanan sehingga hampir tak ada masalah yang membuat perusahaannya menjadi kacau